Pangeran Akishino ke Indonesia


Kedatangan Pangeran Akishino ke Indonesia mungkin akan mengingatkannya lagi pada unggas-unggas di sini. Maklum, sang pangeran pernah mengadakan riset tentang unggas di negeri ini tahun 1993 dan 1994 untuk disertasi doktornya.

Kali ini Akishino datang ke Indonesia bukan untuk meneliti unggas. Bersama istrinya, Putri Akishino, yang bernama asli Kawashima Kiko, Akishino datang ke Indonesia dalam lawatan resmi. Menurut jadwal, pasangan keluarga Kekaisaran Jepang ini berada di Indonesia dari tanggal 18 Januari hingga 24 Januari.

Mereka datang atas undangan resmi Pemerintah Republik Indonesia. Selama di Indonesia, Pangeran Akishino dan Kiko akan menghadiri upacara pembukaan Tahun Persahabatan Indonesia-Jepang di Jakarta. Kegiatan itu adalah bagian dari acara Peringatan 50 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Jepang.

Keduanya juga akan melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, mereka dijadwalkan akan berkunjung ke Universitas Darma Persada dan Institut Pertanian Bogor.

Pada tanggal 22-24 Januari, Akishino dan Kiko akan berada di Yogyakarta. Mereka dijadwalkan bertemu dengan Sultan Hamengku Buwono X, kemudian mengunjungi Universitas Gadjah Mada, dan Candi Borobudur.

Kunjungan Akishino dan Kiko ini adalah kunjungan resmi anggota Kekaisaran Jepang yang pertama dalam 17 tahun terakhir, sejak kunjungan Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko pada tahun 1991. Kedutaan Jepang untuk Indonesia dalam pernyataan tertulisnya berharap, kunjungan keduanya dapat memberikan kontribusi besar bagi peningkatan hubungan Indonesia-Jepang.

Harapan itu tampaknya tidak berlebihan. Pasalnya, Pangeran Akishino menduduki posisi penting dalam jajaran keluarga kekaisaran. Dia, saat ini, adalah ahli waris takhta kekaisaran pada urutan kedua setelah kakaknya, Putra Mahkota Pangeran Naruhito.

Selain itu, Akishino memiliki anak laki-laki, yakni Pangeran Hisahito. Karena Putra Mahkota Naruhito tidak memiliki anak laki-laki, maka Pangeran Hisahito berada pada garis waris langsung takhta kekaisaran. Situasi ini hanya bisa berubah jika Naruhito memiliki anak laki-laki, atau jika aturan mengenai suksesi takhta kekaisaran diubah.

Wacana tentang perubahan aturan suksesi itu sempat muncul ketika
pemerintahan Jepang dipimpin PM Junichiro Koizumi. Saat itu ada wacana untuk membolehkan perempuan mewarisi takhta kekaisaran.

Wacana tersebut memang untuk mengakomodasi kepentingan Naruhito yang tidak memiliki anak perempuan. Namun, wacana yang sempat memicu kontroversi di Jepang ini kemudian buyar ketika Hisahito lahir.

Burung dan ikan Akishino lahir di Tokyo pada 30 November 1965 dengan nama Fumihito. Dia adalah putra kedua Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko. Pada masa kanak-kanak, Akishino dipanggil dengan nama ”Pangeran Aya”.

Gelar Akishino dia peroleh ketika pria ini menikah pada 29 Juni 1990 dengan Kiko, teman kuliahnya di Universitas Gakushuin.

Seperti abangnya, Naruhito, Akishino juga menikahi perempuan dari kalangan kebanyakan atau bukan bangsawan. Kiko adalah anak perempuan profesor ekonomi dari Universitas Gakushuin, Kawashima Tatsuhiko, dan istrinya Kazuko. Dari pernikahannya dengan Kiko, Akishino memiliki tiga anak, yakni Putri Mako, Putri Kako, dan Pangeran Hisahito.

Akishino menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Gakushuin. Setelah itu, dia melanjutkan pendidikan pada Departemen Studi Politik Fakultas Hukum Universitas Gakushuin pada tahun 1984. Setelah lulus dari Gakushuin, Akishino terbang ke Inggris untuk belajar taksonomi ikan di Graduate School of Zoology, University of Oxford dari tahun 1988 sampai 1990. Dia kemudian meraih gelar PhD di bidang ornitologi (ilmu tentang burung) dari National University for General Research tahun 1996.

Ketertarikan Akishino pada dunia ikan dan burung membawanya berkelana ke beberapa negara untuk kepentingan riset lapangan. Dia pernah berkunjung ke Indonesia pada tahun 1993 dan 1994 untuk meneliti unggas.

Tahun 1998 Akishino melakukan penelitian yang sama di Yunan, China. Penelitiannya mengenai unggas ini membawa dia meraih gelar PhD.

Akishino juga beberapa kali berkunjung ke Thailand untuk meneliti ikan dan unggas. Di negara itu, dia memperkenalkan ikan lele sebagai sumber protein penting.

Beberapa hasil penelitiannya dipublikasikan pada sejumlah media akademik. Dia juga memperoleh gelar doktor kehormatan dari beberapa universitas di Thailand karena Akishino dianggap berkontribusi dalam mempromosikan ilmu perikanan dan perunggasan di Negeri Gajah Putih itu.

Semua kegiatan riset tersebut dia lakukan di sela-sela tugas resminya yang seabrek sebagai anggota kerajaan. Selain melakukan riset, Akishino juga mengisi hari-harinya dengan mendengarkan lagu-lagu dari band favoritnya, The Beatles, atau bermain tenis.

Ini membuktikan bahwa kehidupan keluarga kekaisaran Jepang tidak melulu terkungkung di balik tembok istana yang memiliki aturan ketat. Setidaknya, seorang Akishino pun bisa ”berteman” dengan ikan dan burung di negara lain.

Previous
Next Post »

2 comments

Click here for comments
Friday, March 28, 2014 ×

belum pernah denger beritanya... ketinggalan banget nih T_T

Balas
avatar
admin
Post a Comment
Thanks for your comment