Cerita Dari Jalan Jaksa


Siapa yang tidak mengenal Jalan Jaksa?. Kawasan yang telah dikenal sebagai kumpulnya para turis “sandal jepit” atau lebih dikenal bagpackers, terletak cukup strategis sebagai jalan tembus dari Jalan kebon Sirih ke Wahid Hasyim. Dari jalan ini pula, para turis itu dapat menuju objek wisata seperti Museum Nasional dan Tugu Monumen Nasional dan sarana umum yaitu Stasiun Gambir dengan jarak relatif dekat.
Dua hari yang lalu gw berkunjung kedaerah tersebut, rencana awalnya mau nemenin tamu dari daerah yg datang ke Jakarta, sekalian ada yg harus dikerjakan juga. Tapi karena waktu yg dibutuhkan lebih dari satu hari, yach akhirnya sekalian jalan-jalan melihat kota jakarta dimalam hari dan melihat kawasan yg sudah masyhur diklangan turis ini secara langsung.


Hari pertama gw ga sempet keluar dari hotel untuk liat keadaan dunia luar, karena kerjaan numpuk sampe begadang pe pagi ngejar deadline besok paginya hrs nyetor data kekantor bos.. baru dimalam kedua setelah semua urusan beres gw sama kawan hang out kelilng jalan jaksa sama cari makan di sabang (pusat jajanan yg sangat terkenal boss..) setelah muter2 karena semua tempat dipinggir jalan dan didalem ruangan penuh sumua, akhirnya kita mentok diwarun Ampera untuk makan..
Bwt lo yang belum pernah ke berkunjung, jangan bayangkan luasnya kawasan ini. Jalan Jaksa hanya sepanjang 2 atau 3 kilometer saja. Masih kalah besar dan panjang dengan Jalan Wahid Hasyim di sebelah selatannya. Lantas apa yang membuatnya menarik para turis untu berkunjung ke tempat ini?...
Ternyata setelah keliling2, disepanjang jalan banyak ditemui bar, restoran, rumah makan, cafe dan beberapa penginapan dari tingkat losmen sampai hotel. Kebanyakan dibuka dengan standar barat, yaitu ada minuman beralkohol, karaoke, hiburan musik serta makanan bercita rasa lidah turis yang tentunya sesua dengan budaya mereka. Beberapa turis yg berkunjung juga cerita kalau mereka suka dengan keramah tamahan tuan rumah terhadap turis2 yg datang ketempat itu.

Sedikit cerita ttg jalan Jaksa dr berbagai sumber
Nama Jalan Jaksa diambil dari banyaknya murid Rechts Hogeschool, semacam Sekolah Hukum di masa Hindia-Belanda, yang tinggal di kawasan ini. Nah, kebanyakan para murid tersebut bekerja sebagai jaksa di pengadilan kala itu. Lambat laun, kawasan ini pun dikenal sebagai Jalan Jaksa.
Pamor Jalan Jaksa sebagai daerah yang menyediakan penginapan murah bagi para turis asing, baru dimulai tahun 60-an. Adalah Lawalata, seorang pengembara yang telah tiga kali mengelilingi dunia, namun kini pensiun dan membuka sebuah penginapan di kawasan ini. Dialah orang pertama yang menginap di Jalan Jaksa, dengan menempati rumah warga sebagai hotel. Awalnya warga merasa keberatan lantaran tidak bisa menyediakan fasilitas layaknya sebuah hotel berbintang. Tetapi, Lawalata tidak masalah. Ia hanya membutuhkan tempat menginap untuk tidur dan menaruh barang miliknya.
Saat waktu kunjungannya selesai, ia terkesan dengan keramah tamahan warga dan biaya hidup yang cukup murah. Lawalata pun kemudian menginformasikan tentang Jalan Jaksa di kalangan turis asing yang bepergian ke Indonesia tanpa terikat dengan biro perjalanan. Jalan ini menjadi tujuan setiap kali para turis berjiwa pengembara itu singgah di Jakarta. Uniknya, informasi tersebut pertama kali berlangsung dari mulut ke mulut, terutama dari mereka yang telah mengunjunginya dan kembali ke negara asalnya..
Well, itu cerita hasil potretan gw selama dua malam berkunjung ketempat yg dijadikan tujuan penginapan atau sekedar wisata kuliner para turis/bagpackers …

Previous
Next Post »
Post a Comment
Thanks for your comment